Hari ini kami mengunjungi salah satu mercu suar di daerah Bangkalan Madura. Mercu suar ini dibangun pada tahun 1878 pada jaman pendudukan Belanda. Bangunan kokoh ini masih bediri dengan gagahnya dan masih menjalankan fungsinya dengan baik. Bangunan yang dibuat dari bahan baja dengan kwalitas prima. Terbukti bahwa di usianya yang lebih dari 1 abad, bangunan ini masih tetap berfungsi dengan baik, dan bahkan tidak menunjukkan kekeroposan atau kerusakkan bangunan yang fatal. Menurut informasi dari warga sekitar, mercu suar ini dioperasikan oleh seorang Belanda disertai keluarganya. Mendengar cerita warga mengenai berdirinya bangunan mercu suar ini dan melihat lokasinya yang sampai saat ini jauh dari fasilitas yang memadai karena kurang tersedianya air bersih, kami bisa membayangkan betapa beratnya bagi petugas pertama yang menjalankan tanggung jawab untuk tetap menjaga lampu menara suar ini tetap menyala dan memberi penerangan bagi kapal-kapal yang melewati pantai ini.
Ketika kami memutuskan untuk mengunjungi tempat ini diantara kami tidak ada satu pun yang pernah mengunjungi tempat ini. Kami pergi ke sana hanya berdasarkan info dari internet dan menggunakan GPS, kami benar-benar memanfaatkan kemajuan teknologi ini. Di tempat ini kami merupakan orang asing, artinya kita memang benar-benar tidak mengenal daerah yang akan kami kunjungi dengan baik. Dan ketika arah denah GPS menunjukkan lokasi tujuan kita, kami mengikuti jalan yang diberikan dalam peta elektronik kami. Rupanya GPS tidak memberikan informasi yang valid mengenai jalan yang akan dan tengah kami lalui. Selama dalam perjalanan kami saling berkomentar antara pro dan kontra untuk melanjutkan perjalanan atau tidak, karena jalan yang kami lalui bukan merupakan jalan raya yang selama ini kami bayangkan melainkan jalan yang sempit, tidak beraspal, berdebu, tidak rata, dan di tepi kanan kiri jalan terdapat rawa-rawa serta hutan mangrove yang membuat kami berpikir dua sampai tiga kali untuk melanjutkan perjalanan kami. Dan sempat pula di antara kami berpikir bahwa kami salah arah atau salah memilih jalan sehingga kami tersesat. Tetapi teman yang lain tetap meyakinkan bahwa arah dan jalan yang dia dapatkan dari GPS merupakan jalan yang benar. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami, sambil berharap bahwa kami tidak salah arah.
Dan ketika salah satu dari kami berteriak bahwa dia melihat mercu suar itu. Dan menunjukkan ke arah mana mercu suar itu berada. Kami seperti mendapat harapan baru, bahwa kami tidak salah jalan atau arah. Meski mercu suar yang ditunjuknya berada di kejauhan. Akhirnya kami sampailah di tempat tujuan
Menara suar itu berdiri kokoh di hadapan kami memandang ke arah lautan lepas di depannya.
Cerita warga mengenai seorang penjaga mercu suar pertama, menambah kekaguman kami mengenai suatu tanggung jawab. Karena perjalanan menuju mercu suar ini penuh tantangan, kami bisa membayangkan bahwa tidak mudah bagi seorang Eropa untuk tinggal di lingkungan tropis jauh dari fasilitas wah saat itu. Tinggal terpencil, transportasi yang tidak mudah, akses keluar dari daerah tersebut yang mungkin sangat sulit dilakukan setiap saat, kehidupan sosial yang amat sangat terbatas dengan warga sekitar.
Hari ini kami belajar tentang ketangguhan hidup. Memang tidak mudah untuk bisa menjadi berarti dalam hidup jika tidak melalui proses yang panjang dan berliku
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteterimakasih posting nya... keren dan menarik...
ReplyDeletesaya minta izin pasang link halaman ini di blog saya (http://ngsuyasa.wordpress.com) ya..
thank u
Delete